HARI PENDIDIKAN NASIONAL (katanya)


kemarin, 2 Mei,

Hari pendidikan nasional, katanya.
Tapi, tak terasa hal itu. Pendidikan Nasional. Ya, pendidikan untuk nasional. Pendidikan untuk seluruh warga. Dan pendidikan itu adalah HAK, bagi seluruh warga Negara, katanya. Itu adalah kalimat yang tertera pada Undang-Undang Negara.
Pendidikan itu adalah hal yang mampu menjadikan sebuah Negara menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan suatu hal yang ‘hidup’ dan terus berkembang. Pendidikan itu adalah suatu hal yang mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Pendidikan adalah suatu hal yang mampu menaikkan derajat seseorang. Pendidikan itu adalah sarana untuk menambah amal yang bisa ditabung untuk akhirat kelak.
Namun kini, sebagian berubah.
Pendidikan itu ‘ajang bergengsi’ untuk menaikkan prestise. Pendidikan itu untuk memperkaya diri dengan gencarnya pungli. Pendidikan itu mahal, exclusive untuk orang-orang berduit saja. Pendidikan itu hanya mimpi bagi sebagian orang yang ‘belum beruntung’.
Katanya, pendidikan itu hak, nyatanya, masih minoritas anak bangsa yang mengenyam pendidikan. Yang mayoritas hanya berangan-angan.
Katanya, pendidikan itu tanggung jawab negar, nyatanya, urusan pendidikan dan tektek bengek diurus oleh masing-masing pribadi.
Katanya, anggaran pendidikan mencapai 20% dari APBN, yang jika dikalkulasikan mampu memenuhi kebutuhan sarana prasarana serta berbagai hal yang menyangkut pendidikan di dalamnya. Lagi-lagi, nyatanya, pendidikan hanya terpusat pada wilayah Indonesia bagian barat saja tuch, bagian yang pembangunannya pesat. Bagian tengah dan timur bagaimana??
Rasanya jangan salahkan para urban yang merantau dan menyesaki ibukota. Suruh siapa menjejali warga dengan tayangan tentang kehidupan glamour di Ibukota, kehidupan metropolis yang selalu menampilkan keegoisan dan ketamakan akan harta. Toh, masyarakat akan mengkonsumsi apa yang disuguhkan bukan?
Mari kita menilik dunia kehidupan pendidikan yang ‘nyata’.
-          Pendidikan belum merata di setiap daerah, mayoritas pengurus (anggota pemerintah) mengatakan sulitnya akses untuk mencapai daerah  pelosok dan Indonesia Timur. Sehingga menghabiskan biaya yang cukup banyak untuk transport. Padahal, kalau mau kita kritisi, zaman ayah bunda kita dulu pun berjalan beberapa kilometer demi menuntut ilmu. No problem kan??
-          Indonesia terkenal dengan kerimbunan hutannya, tentu tak terlepas dari para penghuni hutannya, seperti suku anak dalam di Jambi misalnya. Sangat minoritas dari mereka yang bisa mengenyam pendidikan, mayoritas buta aksara bahkan mereka masih asing dengan bahasa Indonesia yang notabenenya adalah bahasa persatuan bangsa ini. Kabarnya, ada salah seorang anak suku dalam Jambi yang bersekolah, BETEGUH namanya. Ia merasa terpanggil untuk mengajari anak-anak lain dari sukunya untuk bisa belajar. Tahukah guys, berapa usia Beteguh? Dia baru berusia 12 tahun.
-          Di Indonesia Timur, ada bocah-bocah yang harus menempuh jarah berkilo-kilometer untuk mencapai sekolah mereka. Ada pula sebagian mereka yang tak beralaskan kaki, berbaju sedikit terkoyak, tak jarang pula yang kumal. Jika dilihat secara fisik, memang sangat jauh berbeda dengan para siswa yang berada di daerah metropolis dan sekitarnya.
-          Fasilitas, sarana prasarana adalah suatu hal yang tampak jelas ketimpangannya. Serta perbedaan ‘kualifikasi’ guru di daerah yang belum merata, sehingga menyebabkan para lulusan dari daerah, masih sangat sedikit yang mampu survive di kehidupan yang katakanlah lebih maju dan kompleks. 

Namun, dibalik kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh mereka, ada suatu kelebihan yang tak dimiliki oleh mereka yang berkecukupan. Yaitu sinar semangat yang membara di dada-dada mereka, cahaya ilmu telah menuntun mereka untuk meraihnya, sehingga berbagai rintangan tak tampak lagi karena kemilau ilmu yang mereka percaya bermanfaat bagi kehidupan telah memudarkan kesukaran dihadapan mereka. 

Kami pun percaya, bahwa seluruh siswa, baik yang di desa maupun yang di kota, yang di pusat kota maupun pelosok, adalah tunas bangsa yang mampu menjadi harapan bagi bangsa ini.
Tetap semangat anak negeri, kami generasi pendahulu percaya masa depan yang cemerlang ada di tangan kalian. Para pemikir yang bijak akan membangun negeri ini menjadi lebih hebat dan mampu mengubah dunia, serta mengisi kebaikan di setiap centi langkahmu. 

memang kita tidak bisa menuding siapa yang salah dan siapa yang benar, oleh karenanya, mari kita perbaiki bersama, setiap unsur dari berbagai elemen dan lapisan mayarakat, tak peduli pangkat, yang penting kita sama-sama concern terhadap keberlangsungan dunia pendidikan yang berkualitas di Indonesia.

KEEP SPIRIT!!!
created by: yuthi yattaqi

0 komentar:

Tags

About

What they say

Link list

Stay connected

Contact Information